NamaKu Dini Gadis Mungil Perempatan Jalan
Cerita ini tentang seorang gadis yang bernama Dini, hidupnya penuh dengan perjuangan yang semoga menjadi pelajaran buat kita.
By: WINKONADI ZUHRA
Selamat Membaca.....
Huuuh panasnya.
Aku duduk sambil membawa gelas air mineral, dan sebatang kerincing.
Kenapa aku jadi begini, sementara teman2 ku enak pergi kesekolah,
Ia terbayang keluarganya dan ibunya yg kini sudah tua dan sakit-sakitan.
Sementara abangnya adalah seorang pemabuk yg selalu mengompas ibunya, tidak ada lagi barang mewah yang tersisa di rumahnya, semua sudah dijual oleh abang nya yang seorang pemabuk.
Kakaknya yang lumpuh hanya bisa berbaring di kasur lusuh tak berdaya.
Aku anak ketiga dan si bungsu laki-laki adikku umur 10 tahun mencari butut barang bekas yang sudah tak terpakai dipasar dan jalanan sekitar tempat tinggalku. Aku capek hidup begini, harus ngamen mencari rejeki buat menyambung hidup, tiada yang berarti di keluarga ku, hanya karena mengingat ibu kakak dan adik ku.
Tiiiiiittttt suara itu mengejutkan ku dari lamunan yang entah sudah menyebrang kemana, yah dah lampu ijo, hilang rejeki ku, aku berlari lagi mendekati lampu merah di perempatan jalan lainnya.
Sambil membunyikan kerincing yang hanya terbuat dari beberapa tutup botol di pakukan kekaku hingga kalau di gerak-gerakkan menimbulkan suara dan akupun menyanyi seadanya agar orang mengasihiku, pekerjaan ini slalu aku lakukan. Hasilnya cukup untuk membeli kebutuhan sehari-hari keluargaku di rumah.
Aku pulang ah...
Aku capek hari ini hanya dapat Rp.2.600,00. Kulihat jam masih menunjukan pukul 11:05 sesampainya di rumah aku melihat ibuku panik, ternyata badan kakak ku panas, ibu berusaha mengambil air untuk di kompres lalu aku mendekati kakak, melihatnya seperti ini begitu kasihan aku pada kakak ku, tapi apa boleh buat karena kecelakaan itu yang membuatnya begini.
Sebenarnya kakak ku periang sholeha dan baik hati.
Bu, apa kita bawa ke puskesmas saja bu? dini dari mana kita bawa duit nak, ibu malu, obat kemarin saja ibu masih berhutang sama haji sabar. Jadi bagaimana dengan keadaan kakak bu? Kita obatti saja seadanya, insyaallah nanti sudah baik.
Aku ke belakang dan minum air putih melepaskan dahaga ku, lalu aku beranjak pergi tuk mengais rejeki lagi. Mau kemana lagi din? Tanya Ibu, cari uang bu sahut ku sambil membawa alat musikku. Aku berjalan lagi menuju perempatan itu. Hingga tiba-tiba dijalan ada seorang bapak yang entah dari mana mencoba mengganggu ku, ia memegang uang lembaran 100 ribu sambil teler tak tentu langkah yang diarahnya, lalu menawarkan uang 100ribu yang ada ditangannya padaku, tanpa pikir panjang aku langsung mengarahkan tanganku ke uang 100ribu yang ada ditangnya, taklama malah dia memegang tanganku dengan kencang, merayu ku, mengatakan kalau saya mau memenuhi keingina hawa nafsunya maka uang itu akan jadi milik saya.
Setelah mendengar akal busuknya dan saya melihat ada sedikit jelah untuk menyelamatkan diri, aku meronta-ronta hendak melepaskan tanganku dan pergi berlari semampu ku ke arah perempatan, sambil berlari ingin rasanya aku teriak, kehidupan apa yg sedang ku jalani! tiba-tiba aku teringat ayah, ah sudah lah mungkin ayah sudah bahagia dengan istri mudanya, persetan dengan semua ini dalam benakku.
Bersambung
Baca Juga nanti ya:
0 Response to "CERPEN: Nama Ku Dini Gadis Mungil Perempatan Jalan"
Posting Komentar